Posted by Fahrizal | 0 comments

Seorang wanita mualaf AS berkesempatan menunaikan ibadah haji pada tahun ini. Di Kabah, muslimah ini merasakan kehadiran Allah SWT begitu dekat.


Dream - Siapa sangka tugas meliput kehidupan komunitas Arab di pinggiran Chicago, Amerika Serikat (AS) bisa menghantarkan Kristin Szremski, (53 tahun) menjadi seorang muslimah? Bahkan Szremski tahun ini berkesempatan memenuhi panggilan menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekah.
Pertemuan Szremski dengan Islam terjadi tanpa sengaja. Mendapat tugas peliputan kehidupan komunitas Arab pada tahun 2000, memaksa Szremski mempelajari Islam secara mendalam. Waktu itu, dia tidak tahu sama sekali tentang Islam.
Riset dan wawancara terhadap banyak Arab muslim selama enam minggu pun dilakukan Szremski. Dunia Islam yang dianggap memiliki kisah-kisah yang hampir sama dengan agamanya terdahulunya, Synod Lutheran.
Szremski sadar dirinya harus banyak membaca Alquran dan menyakini kitab ini memuat begitu banyak kata-kata Tuhan. Szremski pelan-pelan mulai meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah utusan dan Rasul Allah.
Rutinitas ini membawa Szremski berdoa agar diberi petunjuk di tengah kebimbangan hati terhadap keyakinannya. Sampai akhirnya pada 21 Juli 2001, Szremski mengucapkan dua kalimat syahadat di sebuah kamar hotel di Washington DC. Butuh 18 bulan bagi Szremski untuk menjadi seorang muslimah
Szremski mengaku menyukai Islam karena kemurnian, kesederhanaan dan kebenarannya. "Muslim yang saya temui semuanya menyenangkan, penyabar dan berkelakuan baik," katanya seperti dikutip Huffingtonpost, Kamis, 16 Oktober 2014.
Tahun ini, Szremski diberikan kesempatan untuk menunaikan perjalanan haji pertamanya. Baginya, ini adalah pengalaman spiritual yang berkualitas karena banyak melibatkan refleksi pribadinya. Sekaligus pengalaman fisik yang cukup berat baginya.
Seperti jamaah muslim lainnya yang menunaikan haji, Szremski merasa sangat terharu saat bisa melihat Kabah dari dekat. Dia merasa tak percaya hingga sulit melupakannya. Szremski merasa lebih baik dari sebelum menunaikan haji. "Mungkin karena nilai ibadah yang ada dalam ibadah ini," katanya.
Baginya, ibadah haji menuntut usaha yang maksimal sekaligus menawarkan keindahan, kedamaian dan ketenangan. Szremski menunaikan haji untuk mencari hubungan yang lebih dalam terhadap Sang Pencipta.
Di Mekah, di hadapan Kabah, Szremski merasakan kehadiran Tuhan yang belum pernah dirasakan di sepanjang hidupnya. "Ada semacam perasaan cinta yang melimpah yang menginspirasi keyakinan dan kepercayaan diri. Saya bisa minta apapun dan berdoa sepuas-puasnya kepada Tuhan." Karena itulah, Szremski berjanji akan selalu salat subuh secara berjamaah di masjid setiap hari.
Selama 10 tahun terakhir, hidup memang terasa berat bagi Szremski. Dia bercerai dan menjalani operasi radang sendi, kehilangan rumah akibat krisis ekonomi dan merasa dicampakkan akibat Islamofobia di AS.
Alih-alih mengeluhkan semua kemalangan itu, Szremski bersyukur dengan apa yang dialaminya beberapa tahun terakhir. Dia yakin Islam adalah agama yang sempurna.
"Saya kira yang terbesar yang terjadi pada saya adalah betapa manjanya saya sebagai warga Amerika, betapa tidak bersyukurnya saya atas keislaman dan kehidupan yang diberikan kepada saya," katanya.
Selama menjalani ibadah haji, Szremski melihat begitu banyak jamaah haji dari seluruh dunia yang tidak tidur di hotel-hotel mewah, melainkan di tenda-tenda. Mereka meninggalkan desa dengan sedikit bawaan meski tahu bakal tidur beratapkan langit.

"Apa saya akan memiliki pengabdian seperti itu? Saya berharap demikian, tapi kadang-kadang saya meragukannya. Orang-orang seperti merekalah yang menginspirasi saya," tutup Szremski.

0 comments: